Spontan dia berpikir bahwa egoisme itu dengan sendirinya akan hilang apabila ada suatu aliran yang menghubungkan antara dia dan si pengirim sms itu. Berhari-hari ia berpikir apakah memang si pengirim sms itu benar-benar dengan apa yang tersirat dalam isi sms tersebut. Belum sampai keindahan itu tiba, si pengirim sms itu mendapatkan cobaan yang cukup menyita waktu dan membosankan.
Namun justru disinilah Ahmad menemukan keindahan yang ia impikan. Ya, keindahan itu adalah Elizabeth, seorang wanita yang sengaja diturunkan oleh Sang Khalik untuk mengajari Ahmad tata cara hidup dan fatsoen yang selama ini kurang ia miliki. Komitmen yang kuat untuk merealisasikan impian menjadi dasar perkenalan mereka. Tidak ada basa-basi, tidak ada maksud pura-pura atau sekedar menyenangkan hati saja, namun keindahan itu dilandasi oleh angin keikhlasan.
Aliran yang mengikat egoisme antara mereka telah mengalir kuat di dalam diri, hingga akan membentuk sebuah danau yang menyejukkan. Sepasang cincin yang nantinya akan disematkan di masing-masing jari manisnya telah mereka bayangkan. Keikhlasan do’a juga telah mengirinya.
Di tengah perjalanan mengairi danau tersebut, mereka diterjang oleh musim kemarau berkepanjangan yang sebenarnya mampu memblokir alirannya. Tetapi aliran air tidak akan berhenti di situ saja, melainkan ia akan mencari celah-celah yang akan menghubungkan ke danau tadi. Dibaca dari namanya saja, Ahmad dan Elizabeth adalah dua pribadi yang berbeda, orang pun sangsi atas air yang mereka coba untuk alirkan. Dasar air, meski di bendung-bendung ya tetap saja mencari celah untuk mengalir. Mereka menyadari kalau aliran air mereka akan melenceng kesana-kemari, ya wajar saja toh namanya juga air, seenaknya sendiri dia berjalan.
Suatu ketika Elizabeth merasa capek untuk terus mengalirkan airnya itu karena kemarau tadi, namun karena komitmen mereka untuk terus mengalir itu sangat kuat, sehingga membuat mereka tetap berjalan mencapai pintu angan-angan. Sebentar lagi aliran air yang terus mereka jalani akan membentuk keindahan danau. Doa demi doa mereka jalani, perilaku prihatin pun ingin mereka tanamkan. Perubahan sikap sedikit demi sedikit telah mereka tunjukkan.
Lembah yang ingin mereka masuki menjadi sebuah danau, tiba-tiba saja mendekat setelah berbulan-bulan lamanya air itu mereka alirkan. Mereka berdua terus memejamkan mata dan bergandengan tangan dengan pikiran menerawang jauh ke depan sebelum menjatuhkan ke danau tersebut. Saking asyiknya mereka kontemplasi, tiba-tiba saja dikejutkan oleh sebuah berita gembira dari Sang Khalik bahwa sebentar lagi kalian akan mengalir ke dalam danau. Metamorforsis akan terjadi. Kebahagiaan akan segera merasuk dalam aliran itu. Dan impian mereka untuk memberi warna emas pada jari manis akan segera terwujud.
Namun, seperti yang dikemukakan oleh Huo Yuan Jin bahwa hidup itu bukan hanya masalah pribadi, melainkan mengasihi pasangan kita. Dari situlah semuanya beranjak. Kedua insan itu mengalami metamorforsis hidup yang menjadi angan-angan setiap orang, tidak lain adalah perNIKAHan. Kata saya dalam bahasa Jawa, NI-KAH itu berarti NIti berKAH yang artinya mencari berkah kebahagiaan dari Sang Khalik. Semoga...
*******
Agung Wibowo
Jelang Pernikahan
Minggu I - September 2006
No comments:
Post a Comment